Selasa, 21 Juni 2016

Kisah Istri Sholehah (Patuh pada Suami) yang Mengantarkan Ibunya ke Surga

Ketika Rasulullah SAW masih hidup, tersebutlah seorang istri yang shalihah. Wanita setia ini begitu taat serta setia terhadap suaminya. Suatu hari, suaminya pergi berjihad untuk agama, sang suami hendak pergi memenuhi panggilan suci untuk berjihad dirinya beramanat pada istrinya.
"Istriku tersayang yang kucintai, aku akan pergi untuk berjihad meninggikan kalimat-kalimat Allah, sebelum aku kembali pulang dari berjihad, kamu jangan pergi kemanapun dan jangan keluar dari rumah ini".
Setelah berpesan demikian pada istrinya, berangkatlah si suami menuju medan jihad.

Beberapa hari kemudian, datanglah seseorang kepada wanita tersebut yang mengabarkan bahwa ibunya sedang sakit parah. Orang yang diutus tersebut mengatakan pada wanita sholihah itu untuk segera menjenguk ibunya.

"Ibumu saat ini sedang sakit keras, jenguklah dia sekarang"
Dengan gelisah wanita tersebut menjawab; "Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, bukannya tidak mau menjenguk, tapi saya dilarang keluar rumah sebelum suami saya pulang, tolong sampaikan permohonan maaf dan salam saya pada Ibu". Dan si utusan pun pulang tanpa membawa wanita tersebut.
 
Malam berlalu dan suami yang berjihad belum juga pulang. Keesokan harinya datang kembali seorang utusan yang mengabarkan bahwa ibu wanita tersebut meninggal dunia. Betapa sedih perasaan wanita sholehah ini, air matanya berlinang mendengar kabar ibu yang dicintainya telah pergi untuk selama-lamanya, bahkan disaat terakhirnya dia tidak berada disampingnya.
 
Utusan tersebut berkata "sekarang Ibumu telah tiada, datanglah untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum beliau akan dikebumikan hari ini". Namun istri yang shalihah ini sambil menangis tersedu menjawab "Bukannya saya tidak mencintai ibu saya, tapi saya memegang amanah suami saya untuk tidak keluar rumah hingga dia pulang dan memberi saya izin".
Dengan berat utusan tersebut pulang. Mungkin karena kesal dan heran dengan sikap wanita tersebut yang tidak mau datang walaupun ibunya sakit keras hingga meninggal dunia, si utusan pun akhirnya mengadukan permasalahan ini kepada Rasulullah SAW.
Dengan nada sedikit kesal ia berkata kepada Nabi SAW "Wahai Rasulullah, wanita itu sangat keterlaluan, dari mulai ibunya sakit hingga meninggal dunia dia tidak mau datang untuk menemui ibunya"
Rasulullah SAW bertanya "Kenapa dia tidak mau datang menemui ibunya?"
"Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak mendapat izin untuk keluar rumah sebelum suaminya pulang berjihad" Jawab utusan yang mengadu ke Rasulullah SAW tersebut.
Lalu Rasulullah SAW tersenyum, kemudian Beliau berkata "Dosa-dosa ibu wanita tersebut diampuni oleh Allah SWT karena dia mempunyai seorang puteri yang sangat taat terhadap suaminya".

Itulah kisah seorang istri yang sholehah yang patuh dan taat kepada suaminya yang pada akhirnya mampu mengantarkan ibunya ke surga karena dosa-dosa ibunya telah di ampuni oleh Allah SWT lantaran memiliki anak yang sholehah, taat kepada suami.

Dalam kalangan pesantren, kisah diatas sangat populer, karena kisah ini tertulis pada salah satu Kitab karya Syaikh Nawawi Al-Bantani yakni Kitab Uqudulujian, salah satu kitab terpopuler yang membahas tentang tata cara hidup berumah tangga secara islami.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 34 yang artinya; "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. Al-Nisa': 34).

Dan juga Rasulullah SAW bersabda: "Tidak boleh (haram) bagi wanita untuk berpuasa sementara suaminya ada di sisinya kecuali dengan izinnya. Istri juga tidak boleh memasukkan orang ke dalam rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Dan harta yang ia nafkahkan bukan dengan perintahnya, maka setengah pahalanya diberikan untuk suaminya." (HR. Al-Bukhari)

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Apabila wanita menunaikan shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya; maka disampaikan kepadanya: masuklah surga dari pintu mana saja yang kamu mau." (Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami', no. 660).




Referensi :
#http://nowilkirin.blogspot.com/2014/11/kisah-istri-sholehah-yang-sangat-patuh.html
#http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2012/10/02/20962/taat-kepada-suami-harus-didahulukan-daripada-orang-tua/

Minggu, 19 Juni 2016

Positive thinking



DALAM kehidupan sehari-hari kita pasti pernah mengalami penilaian-penilaian negatif dari orang lain. Kita selalu dianggap salah, padahal belum tentu salah. Kita sering dikritik, padahal belum tentu kita mempunyai kekurangan. Kita sering dinilai negatif, padahal belum tentu negatif. Artinya, kita sering menghadapi orang-orang yang mempunyai kepribadian “Negative  Thinking”.

Apakah positive thinking itu?
Positive thinking yaitu orang yang selalu berpikir positif dalam menghadapi banyak hal. Yang negatif memang ada, tetapi yang dilihat adalah sisi-sisi positifnya sedangkan sisi-sisi negatifnya sedapat mungkin jangan sampai dimunculkan. Cara berpikirnya positif karena tujuannya positif.
Ciri-ciri positive thinking
-Tujuannya positif
-Bisa menerima pendapat orang lain walaupun berbeda
-Tidak suka membantah
-Tidak suka berdebat
-Berusaha memberikan pengertian dan pencerahan
-Bersikap menghargai orang lain
-Memahami cara berpikir orang lain
-Mencari dan mendapatkan kebenaran
-Tidak pernah salah paham
-Kreatif dan suka berkarya
-Tidak suka mencela melainkan meluruskan pendapat yang salah
-Selalu punya persepsi positif
-Selalu melihat masalah secara objektif (berdasarkan fakta)
Apakah negative thinking itu?
Negative  thinking yaitu orang yang selalu berpikir negatif dalam menghadapi banyak hal. Yang positif memang ada, tetapi yang dilihat adalah sisi-sisi negative  sedangkan sisi-sisi positifnya  sedapat mungkin jangan sampai dimunculkan. Cara berpikirnya negatif karena tujuannya negatif.
Ciri-ciri negative thinking
-Tujuannya negatif
-Selalu membantah pendapat orang lain yang berbeda
-Suka membantah (selalu membenarkan pendapatnya sendiri)
-Suka berdebat
-Berusaha membenarkan pendapatnya sendiri dan suka menyalahkan pendapat orang lain
-Bersikap tidak menghargai orang lain
-Tidak mau atau tidak mampu memahami pikiran orang lain
-Mencari dan mendapatkan “kemenangan”
-Sering salah paham
-Tidak kreatif dan tidak punya karya
-Suka mencela dan merasa pendapatnya yang paling benar
-Selalu punya persepsi negatif
-Selalu melihat masalah secara subjektif (tidak berdasarkan fakta)